Gaptek

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Awal pembahasan dari Mengenal Pemrograman Stored Procedure Pada MySQL lanjut ke pembahasan Struktur Kontrol Program Pada MySQL . ...



Awal pembahasan dari Mengenal Pemrograman Stored Procedure Pada MySQL lanjut ke pembahasan Struktur Kontrol Program Pada MySQL.

Sebelumnya saya sarankan bagi pembaca untuk memahami dasar program yang sudah saya jelaskan dalam artikel sebelumnya yan berjudul Mengenal Pemrograman Stored Procedure Pada MySQL.


Cekidot…. !!!

MySQL meyediakan pernyataan IF, CASE, ITERATE, LEAVE LOOP, WHILE, dan REPEAT untuk mengatur alur kontrol program di dalam stored program.

#.# IF . . . ELSE . . .

Digunakan untuk mengeksekusi satu blok perintah bila suatu kondisi tertentu terpenuhi. Struktur IF … ini sedikit berbeda dengan bahasa program lainnya.

Syntax

IF search_condition THEN
statement_list
[ELSEIF search_condition THEN
statement_list]
[ELSE
statement_list]
END IF

search_condition

adalah expression yang menghasilkan nilai True dan False. Jika berisi perintah SELECT, maka perintah SELECT tersebut harus ditulis di dalam tanda kurung.

statement_list

berisi perintah SQL, atau satu blok perintah SQL yang ditandai dengan BEGIN … END atau blok perintah yang ditandai kata THEN dan sampai ketemu kata ELSE atau END IF.

IF ...END IF adalah satu blok,sama seperti blok struktur kontrol lainnya pada stored program, struktur ini harus diahkiri dengan tanda titik koma.

Contoh:

CREATE FUCTION Predikat (n INT) RETURNS VARCHAR (10)
BEGIN
DECLARE S VARCHAR (10);
IF n >= 15000 Then
set S = ‘Sangat baik’;
ELSEIF n > 10000 Then
set S = ‘Baik’;
ELSEIF n > 7500 Then
set S = ‘Cukup’;
ELSE
set S = ‘Kurang’;
END IF;
RETURN s;
END $$

Sama seperti struktur kontrol pada bahasa pemrograman lainnya, struktur blok IF … END IF bisa bersarang atau ada struktur IF . . . END IF. Masing-masing harus diakhiri huruf titik koma.

Contoh:

CREATE FUCTION Banding (n INT, m INT) RETURNS VARCHAR (50)
BEGIN
DECLARE s VARCHAR (50);
IF n = m THEN
SET s = ‘sama dengan’;
ELSE
IF n > m THEN
SET s = ‘lebih besar’;
ELSE
SET s = ‘lebih kecil’;
END IF;
SET s = CONCAT (‘adalah ‘, s, ‘ dari ‘);
END IF;
SET s = CONCAT (n, ‘ ‘, s, ‘ ‘, m, ‘ . ‘);
RETURN s;
END $$

Bentuk lain dari strutur IF yang digunakan di dalam pernyataan SQL adalah

IF (expr1, expr2, expr3)

Jika expr1 bernilai TRUE (expr1<> 0 dan expr1 <> NULL) maka IF() menghasilkan expr2; jika tidak maka IF() akan menghasilkan expr3.

Contoh:
mysql> SELECT IF (1<2, ‘ya’ , ‘tidak’);

#.# CASE


Fungsi case menghasilkan satu return value, digunakan bila ada banyak kondisi untuk dievaluasi. Value mana yang dihasilkan bergantung pada kondisi yang menghasilkan nilai True. Ada 2 bentuk CASE:

  • Simpel CASE
CASE case_value
WHEN when_value THEN
statemen_list
[WHEN when_value THEN
statement_list] . . .
[ELSE
statement_list]
END CASE

case_value adalah variabel yang akan diperiksa, when_value konstata pembanding atau kondisi yang harus dipenuhi, dan statement_list adalah konstanta atau perintah SQL yang akan dikerjakan bila kondisi terpenuhi.

Contoh :

CREATE FUCTION TA
( GAJI_POKOK DECIMAL,
ANAK TINYINT )
RETURNS DECIMAL
BEGIN
DECLARE T DECIMAL;
CASE ANAK
WHEN 1 THEN SET T = 0.1 * GAJI_POKOK;
WHEN 2 THEN SET T = 0.2 * GAJI_POKOK;
WHEN 3 TEHN SET T = 0.25 * GAJI_POKOK;
ELSE SET T = 0;
END CASE;
RETURN T;
END $$

  • Searched CASE

CASE
WHEN search_condition THEN
statemen_list
[ WHEN search_condition THEN
statement_list] . . .
[ELSE
statement_list]
END CASE

Pada bentuk CASE ini, statement_list mana yang akan dikerjakan bergantung pada search_condition mana yang menghasilkan True.

Contoh :

CREATE FUCTION HURUF (NILAI TINYINT)
RETURN CAHR ( 1 )
BEGIN
DECLARE C CHAR ( 1 );
CASE
WHEN NILAI >= 90 THEN SET C= ‘A’;
WHEN NILAI >= 70 THEN SET C= ‘B’;
WHEN NILAI >= 60 THEN SET C= ‘C’;
WHEN NILAI >= 50 THEN SET C= ‘D’;
ELSE SET C=’E’;
END CASE;
RETURN C;
END $$

Struktur kontrol CASE juga bisa digunakan dalam pernyataan SELECT

Contoh :

SELECT f.judul, f.harga, k,kelompok
CASE
WHEN harga IS NULL THEN ‘Maaf, harga belum ditetapkan’
WHEN harga < 10000 THEN ‘Murah’
WHEN harga < 50000 THEN ‘Cukup Murah’
WHEN harga = 50000 THEN ‘ Harga Pas’
WHEN harga < 60000 THEN ‘Cukup Mahal’
WHEN harga >= 60000 and harga < 100000 THEN ‘Mahal juga ya’
ELSE ‘Mahal Sekali!’
END AS Keterangan
FROM Film f
INNER JOIN KelompokFilm k ON f.KodeKelompok = k.KodeKelompok
Order By f.Judul

#.# LEAVE

Pernyataan LEAVE label digunakan untuk keluar dari struktur kontrol yang ber-label. Pernyataan ini dapat digunakan pada struktur BEGIN … END dan struktur loop (LOOP, REPEAT, dan WHILE).

Pernyataan LAVE harus diikuti dengan label. Jika label yang mengikutinya adalah blok terluar atau struktur loop terluar, berarti program selesai. Hal ini bisa kita manfaatkan untuk mengakhiri stored procedure dari tengah kode program.

Syntax

LEAVE label

Contoh :

CREATE PROCEDURE TesProc()
BEGIN
DECLARE I int;
SET i=l ;

ulang; LOOP
SET i=i+l;
IF i=10 THEN
LEAVE ulang # keluar dari blok ulang (pengulangan)
END IF;
END LOOP ulang;

SELECT ‘Hitungan sampai 10’;
END $$

Pada stored function, dengan pernyataan RETURN kita bisa keluar mengakhiri stored function dari mana saja, tetapi tidak dengan stored procedure. Untuk itu kita bisa menggunakan LEAVE untuk keluar dari stored procedure.

Contoh :

CREATE PROCEDURE TesProc(xKode INT)
SP_Ini; BEGIN
DECLARE a, b INT;
DECLARE done INT DEFAULT FALSE;
DECLARE curl CURSOR FOR
SELECT id, data FROM test.tl Where Kode=xKode;

DECLARE CONTINUE HANDLER FOR NOT FOUND SET done = TRUE;
IF Value is null or Value=0 then
LEAVE SP_Ini;
END IF;

OPEN curl;
loop_baca; LOOP
FETCH curl INTO a, b;
IF done THEN
LEAVE loop_baca;
END IF;

IF b < c
INSERT INTO test.t3 VALUES (a, b);
END IF;
END LOOP;
CLOSE curl;
END;

#.# LOOP

LOOP adalah bentuk pengulangan yang sederhana, digunakan untuk mengulangi pengerjaan suatu blok yang berisi pernyataan SQL. Bentuk struktur kontrol ini tidak memiliki syarat atau kondisi agar pengulangan berhenti, sehingga di dalam blok pengulangan diberi struktur IF dan LEAVE agar pengulangan bisa berhenti.

Syntax

[begin_label;] LOOP
statement_list
END LOOP [end_label]

Contoh :

CREATE FUNCTION FACTORIAL (N TINYINT)
RETURN INT
BEGIN
DECLARE H, I INT;
SET I = 1, H = 1;
hitung; LOOP
SET H=H*I;
SET I = I + 1;
IF I>N THEN
LEAVE hitung;
END IF;
END LOOP;
RETURN H;
END

#.# ITERATE

Digunakan untuk mengabaikan semua pernyataan sesudah ITERATE dan melompat kembali ke awal blok pengulangan. Perintah ini hanya bisa digunakan pada struktur pengulangan LOOP, REPEAT, dan WHILE.

Syntax

ITERATE label

Contoh :

CREATE PROCEDURE ulang (p1 INT)
BEGIN
labell: LOOP
SET p1 = p1 + 1;
IF p1 < 10 THEN
ITERATE labell;
END IF;

LEAVE labell;
END LOOP labell;
SET @x = p1;
END

#.# REPEAT

Perintah ini digunakan untuk mengulang pengerjaan suatu blok perintah SQL selama suatu kondisi tertentu atau sampai suatu kondisi tertentu tercapai. Pada bentuk ini pemeriksaan kondisi dilakukan di akhir pengulangan, sehingga minimal blok pengulangan dikerjakan satu kali.

Syntax

[begin_label :] REPEAT
statement_list
UNTIL search_condition
END REPEAT [end_label]

Contoh :

CREATE PROCEDURE ulangi (p1 INT)
BRGIN
SET @x = 0;
REPEAT
SET @x = @x + 1;
UNTIL @x > p1 END REPEAT;
END

#.# WHILE

Perintah ini digunakan untuk mengulang pengerjaan suatu blok perintah SQL selama suatu kondisi tertentu atau sampai suatu kondisi tertentu tercapai. Pada bentuk ini pemeriksaan kondisi dilakukan di awal pengulangan, sehingga ada kemungkinan blok pengulangan tidak dikerjakan.

Syntax

[begin_label] WHILE search_condition DO
statement_list
END WHILE [end_label]

search_condition”

Adalah kondisi supaya proses pengulangan dikerjakan, berupa expression yang menghasilkan boolean, True atau False. Jika boolean expression berisi perintah SELECT, maka perintah SELECT tersebut harus ditulis di dalam tanda kurung. Pengulangan akan dikerjakan selama search_condition menghasilkan nilai TRUE.

statement_list”

Berisi satu perintah SQL atau satu blok SQL yang ditandai dengan BEGIN . . . END.

Contoh :

Ulang:WHILE (SELECT AVG(price) FROM titles) < 30 DO
BEGIN
UPDATE titles SET price = price * 2;

SELECT MAX (price) FROM titles;
IF (SELECT MAX(price) FROM titles) > 50 Then
LEAVE ulang;
END IF;
END

#.# RETURN

Digunakan untuk memaksa keluar dari stored function, kembali ke pemanggil dan mengirimkan expression sebagai return value ke pemanggil.

Syntax

RETURN expression

Contoh :

DECLARE ERRNUMBER INT
Set ERRNUMBER = ERROR
If ERRNUMBER <> 0 THEN
Begin
Rollback Tran
RETURN ERRNUMBER
End

Mungkin cukup itu yang bisa saya sampaikan dalam pemrogaman MySQL. Tunggu sesi selanjutnya dalam pemrograman MySQL.

Semoga bermanfaat bagi kalian yang membaca artikel saya :)

Pertama saya sudah menjelaskan tentang Mengenal sistem bilangan oktal, biner, desimal, dan heksadesimal . Kemudian dilanjutkan ke pembahas...


Pertama saya sudah menjelaskan tentang Mengenal sistem bilangan oktal, biner, desimal, dan heksadesimal. Kemudian dilanjutkan ke pembahasan cara mengonversi antar basis bilangan, Dan sekarang saya akan membahas tentang Pengertian byte, niblle dan Estimasi Satuan Ukuran.




Oke, langsung saja ke topik pembahasan :).




Apakah BYTE, NIBLLE itu???



Bit (binary digit) adalah satuan bilangan biner yang paling sederhana. Dalam merepresentasikan data bilangan biner biasa digunakan satuan yang lebih besar yaitu byte. Byte adalah satu grup bilangan yang terdiri dari 8 bilangan biner (bit). Ukuran data yang disimpan dalam komputer biasanya menggunakan byte bukan bit.






Niblle adalah satu grup bilangan yang terdiri dari 4 bit sering juga disebut dengan setengah byte. Mengingat satu digit bilangan heksadesimal terdiri dari 4 bit bilangan biner maka satu digit bilangan heksadesimal bisa di simpan dalam satu niblle dan dua digit heksadesimal disimpan dalam satu byte. Walau demikian istilah niblle saat ini jarang digunakan . Istilah lain yang sering digunakan adalah Word. Satu word terdiri dari beberapa byte. Jumlah bayte dalam satu word berbeda-beda, ditentukan oleh perancang sistem.






Dalam satu grup bilangan, posisi bit yang berbeda diujung paling kanan disebut bit yang kurang berarti (least significant bit, lsb) dan bit yang berada pada urutan terahkir paling kiri disebut sebagai bit paling berarti (most significant bit, msb). Dalam sebuah word yang terdiri dari beberapa byte berlaku juga istilah byte yang kurang berarti (least significant bit, LSB) untuk byte yang posisinya paling kanan dan byte paling berarti (most significant bit, MSB) untuk byte paling kiri. Di sini dibedakan dengan huruf b untuk bit dan B untuk byte.








Estimasi Satuan Ukuran



Ukuran yang digunakan dalam menghitung data komputer menggunakan istilah yang sama dengan ukuran dunia nyata seperti istilah kilo, mega, dan giga. Bukan tanpa alsan penggunakan istilah-istilah tersebut. Terdapat kesesuaian walaupun tidak sama persis antara istilah-istilah yang digunsksn dalam komputer dengan istilah-istilah dalam dunia nyata. Kesetaraan istilah dalam satuan komputer dengan dunia nyata sebagai berikut untuk satuan 1 kilo dalam dunia nyata bisa untuk menunjukan kelipatan 1000 dari satuannya.



Dalam dunia komputer satua 1 kilo adalah 2 = 1024 = 10 ( 1000 ). Disini terlihat bahwa iatilah 1 kilo dalam komputer (1024) mendekati nilai 1000 yaitu istilah 1 kilo dalam dunia nyata. Istilah kilo ( bahasa yunani untuk seribu) dalam komputer menujukan nilai 2. Misal, 2 byte adalah 1 kilo (1KB). Begitu juga, mega (juta) menujukan 2 = 10, dan giga (milyar) menujukan 2 = 10. Terdapat kesetaraan antara istilah yang digunakan dalam dunia komputer dengan dunia nyata. Dapat dijadikan sebagai estimasi besarnya data.



Contoh :



Estimasikan nilai 2 tanpa menghitung



Solusi:

pisahkan kelipatan eksponen kelipatan sepuluh dan sisanya. Dalam hal ini



2 = 2 x 2 dimana 2 = 1 juta dan 2 = 8

2 = 8 juta

Secara real 2 = 8.388.608, angka 8 juta cukup dekat dengan angka realnya.



Mudah kan :). Sedikit penjelasan untuk byte niblle dan Estimasi Satuan Ukuran ini paling penting bagi rekan-rekan yang ingin mengetahui komponen-komponen dalam komputer kalian.



Semoga bermanfaat dan memberikan gambaran untuk kalian yang masih duduk di Universitas yang mengambil jurusan Organisasi dan Arsitektur Komputer, Embedded System, Microcontroller, Pemodelan Perangkat Keras, dan anak SMK yang mengambil jurusan TKJ (Teknik Komputer Jaringan).

Konversi sistem bilangan adalah proses pengubahan bilangan dari satu sistem bilangan ke sistem bilanan yang lain. Bilangan desimal biasan...


Konversi sistem bilangan adalah proses pengubahan bilangan dari satu sistem bilangan ke sistem bilanan yang lain. Bilangan desimal biasanya dijadikan bilangan antara untuk konversi antar sistem bilangan yang lain.

Contoh :

Konversikan bilangan 1DC menjadi bilangan biner dan desimal !

Solusi:
Konversi dari heksadesimal ke dalam bilangan biner cukup mudah, yaitu dengan mengganti satu bilangan heksadesimal menjadi bilangan biner 4 bit.

1 diubah ke dalam bilangan biner 4 bit menjadi 0001 (harus 4 bit)
D diubah ke dalam bilangan biner 4 bit menjadi 1101 (harus 4 bit)
C diubah ke dalam bilangan biner 4 bit menjadi 1100 (harus 4 bit)

Konversi heksadesimal 1DC ke dalam bilangan biner menjadi 0001 1101 1100= 000111011100

Konversi Heksadesimal ke dalam Biner
Proses konversi dari bilangan heksadesimal ke dalam bilangan desimal adalah dengan menghitung secara aritmetik dengan basis 16.

1DC = (1 x 16) + (D x 16) + (C x 16) 
= (1 x 256) + (D x 16) + (C x 1)
= (1 x 256) + (13 x 16) + (12 x 1)
= 256 + 208 + 12
= 476

Jadi konversi bilangan 1DC ke dalam desimal adalah 476

Konversi bilangan biner menjadi bilangan heksadesimal adalah dengan mengelompokan bilangan biner per 4 bit. Kemudian mengonversi masing-masing kelompok 4 bit ke dalam bilangan heksadesimal.

Contoh :

Konversikan bilangan 1011010 ke dalam bilangan heksadesimal !

Solusi:
Caranya adalah dengan memilih bilangan per 4 bit dari posisi bit paling kanan. Bilangan biner tersebut menjadi 101 1010. Tidak boleh terbalik menjadi 1011 010 (ini salah). Langkah berikutnya adalah mengubah bilangan tersebut ke dalam bilangan heksadesimal menjadi 101 1010 = 5A

Jadi konversi bilangan biner 1011010 ke dalam bilangan heksadesimal adalah 5A




Konversi bilangan desimal ke dalam bilangan heksadesimal

Konversi antar bilangan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara pertama adalah dengan sedikit menggunakan intuisi. Cara yang dimaksud adalah dengan mencari nilai kelipatan pangkat basis yang terdekat dengan nilai yang akan dikonversi. Nilai tersebut harus lebih kecil dari nilai yang dicari.

Misalnya konversi bilangan desimal 33 ke dalam heksadesimal. Intuisinya adalah dengan mencari 16 pangkat berapa yang dapat digunakan sehingga mendekati angka tersebut. Pertama mencari dari yag terendah 16 = 1. Ini pasti bisa, tapi nilanya terlalu kecil. Berikutnya adalah 16 = 16. Ini juga bisa karena nilainya masih dibawah 33. Berikutnya 16 = 256. Nilai ini sudah lebih dari 33. Berdasarkan syarat bahwa harus lebih kecil dari nilai yang dicari maka diambil angka 16.

Langkah selanjutnya adalah koefesien yaitu dengan mencari pengali yang mendekati angka 33. Diperoleh angka koefesien 2. Langkah berikutnya dihitung sisanya yaitu 33 – (2 x 16) = 1. Sisanya sudah lebih kecil dari 16, jadi tidak perlu lagi dikonversi. Maka diperoleh konversi desimal 33 ke dalam heksadesimal adalah 21.

Contoh :

Konversikan bilangan desimal 475 ke dalam bilangan heksadesimal !

Solusi:

Konveri dari desimal ke heksadesimal sama seperti konversi desimal ke biner, dapat dilakukan dari kiri atau kanan.

Harus dicari bilangan 6 pangkat yang paling dekat dan lebih kecil dari 475, dalam hal ini adalah 256 yaitu 16. Untuk menentukan nilai yang tepat perlu sedikit intuisi. Kemudian dilakukan pengurangan 475 – 256 = 219.

Tahap berikutnya adalah mencari lagi bilangan 16 pangkat yang lebih kecil dari pangkat sebelumnya. Pangkat tertinggi yang diperoleh adalah pangkat 16. Proses berikutnya adalah mencari pengali dari 16 yang mendekati dan lebih kecil dari 219. Diperolaeh angka 208 yaitu 13 x 16, angka 13 dalam bilangan heksadesimalnya adalah D. Selanjutnya dilakukan pengurangan 219 – 208 = 11. Tahap akhir adalah konversi bilangan sisa kedalam heksadesimal yaitu B (1110).

Hasil konversi bilangan 475 ke dalam heksadesimal adalah 1DB.

Jika proses diatas terlalu sulit, proses konversi bilangan desimal ke heksadesimal dapat dilakukan dengan cara lain yaitu dengan menghitung sisa bagi.

475/16 = 29 sisa 11 (dalam heksadesimal adalah B)
29/16 = 1 sisa 13 (dalam heksadesimal adalah D)
1/16 = 0 sisa 1 (dalam heksadesimal adalah 1)

Hasil konversi ditunjukan oleh sisa bagi yang ditulis mulai sisa bagi paling terakhir. Hasil konversi 475 ke dalam heksadesimal adalah 1DB. Hasil sama dengan cara sebelumnya.

Konversi bilangan desimal ke dalam bilangan biner

Proses konversi bilangan desimal ke dalam bilangan biner adalah dengan encari sisa bagi dan ditulis dari sisa bagi terakhir.

Contoh :

Konversikan bilangan desimal 18 ke dalam bilangan biner !

Solusi:

Konversi bilangn 18 kedalam bilangan biner adalah membagi bilangan dengan basis dua.

18/2 = 9 sisa 0
9/2 = 4 sisa 1
4/2 = 2 sisa 0
2/2 = 1 sisa 0
½ = 0 sisa 1

Diperoleh gabungan sisa bagi dari urutan terakhir adalah 10010.

Jadi konversi bilangan 18 ke dalam bilangan biner adalah 10010.

Konversi bilangan desimal ke dalam bilangan oktal

Proses konversi bilangan desimal ke dalam bilangan oktal adalah dengan mencari sisa bagi dan ditulis dari sisa bagi terakhir.

Contoh :

Konversikan bilangan desimal 20 kedalam bilangan oktal !

Solusi:

Konversi bilangan 20 kedalam bilangan oktal adalah dengan membagi bilangan dengan basis delapan.

20/8 = 2 sisa 4
2/8 = 0 sisa 2

Diperoleh gabungan sisa bagi dari urutan terakhir adalah 24.

Jadi konversi bilangan 20 ke dalam bilangan oktal adalah 24.

Konversi bilangan biner ke dalam bilangan desimal

Konversi bilangan biner ke desimal dilakukan dengan menghitung nilai per kolom berdasarkan pangkat basis.

Contoh :

Konversikan bilangan biner 10010 ke dalam bilangan desimal !

Solusi:

Dilakukan perkalian masing-masing bilangan sesuai kolomnya dengan 2 pangkat secara berurut dimulai dari pangkat terendah 20 untuk kolom bilangan paling kanan.

Konversi 10010 adalah ( 1x24 ) + ( 0x23 ) + ( 0x22) + ( 1x21 ) + ( 0x20) = 16 + 0 + 0 + 2 + 0 = 18

Jadi konversi bilangan biner 10010 ke dalam bilangan desimal adalah 18.

Konversi bilangan heksadesimal ke dalam bilangan desimal

Konversi bilangan heksadesimal ke dalam bilangan desimal dilakukan dengan menghitung nilai per kolom berdasarkan pangkat basis.

Contoh :

Konversikan bilangan heksadesimal 1DB ke dalam bilangan desimal !

Solusi:

Dilakukan perkalian masing-masing bilangan sesuai kolomnya dengan 16 pangkat secara berurut dimulai dari pangka terendah 16 untuk kolom bilangan paling kanan.

Konversi 1DB adalah :

= ( 1x16 ) + ( Dx16 ) + ( Bx16 )
= ( 1x256 ) + ( 13x16 ) + ( 11x1 )
= 256 + 208 + 11
= 475

Jadi konversi bilangan heksadesimal 1DB ke dalam bilangan desimal adalah 475.

Konversi bilangan oktal ke dalam bilanga desimal

Konversi bilangan oktal ke dalam bilangan desimal dilakukan dengan menghitung nilai per kolom berdasarkan pangkat basis.

Contoh :

Konversikan bilangan oktal 24 ke dalam bilangan desimal !

Solusi:
Dilakukan perkalian masing-masing bilangan sesuai kolomnya dengan 8 pangkat secara berurut dimulai dari pangkat terendah 8 untuk kolom bilangan paling kanan.

Konversi 24 adalah ( 2x8 ) + ( 4x8 ) = 20

Jadi konversi bilangan oktal 24 ke dalam bilangan desimal adalah 20.

Konversin bilangn biner ke dalam bilangan heksadesimal

Proses konversi bilangan biner ke dalam bilangan heksadesimal adalah dengan megelompokan bilangan biner per 4 bit dimulai dari 4 bit paling kanan. Berikutnya mengonversi 4 bit biner tersebut ke dalam bilangan heksadesimal.

Contoh :

Konversikan bilangan biner 00111011011 ke dalam bilangan heksadesimal !

Solusi:
Konversi bilangan biner 00111011011 ke dalam bilangan heksadesimal adalah sebagai berikut.

Pengelompokan bilangan 00111011011 per 4 bit dari sebelah kanan menjadi:

001 1101 1011

Pada kelompok bit paling kiri hanya terdapat 3 bit 001, ini tidak menjadi masalah. Berikutnya dikonversi ke dalam bilangan heksadesimal.

001 = 1
1101 = ?

Tidak bisa langsung dikonversi ke dalam bilangan heksadesimal, harus dikonversi dulu ke dalam bilangan desimal. Kemudian konversi dari desimal ke dalam heksadesimal.

Konversi 1101 ke dalam bilangan desimal adalah

( 1x2 ) + ( 1x2 ) + ( 0x2 ) + ( 1x2 ) = 8 + 4 + 1 = 13

Konversi bilangan desimal 13 ke dalam bilangan heksadesimal dapat dilakukan langsung yaitu D. Diperoleh konversi bilangan biner 1101 ke dalam heksadesimal adalah D.

1011 = Dengan cara yang sama diperoleh konversi ke heksadesimalnya B.

Jadi konversi bilangan biner 00111011011 ke dalam bilangan heksadesimal adalah 1DB.

Konversi bilangan heksadesimal ke dalam bilangan biner

Proses konversi bilangan heksadesimal ke dalam bilangan biner lebih mudah yaitu dengan menuliskan satu bilangan heksadesimal ke dalam 4 bit bilangan biner.

Contoh :

Konversikan bilangan heksadesimal 1DB ke dalam bilangan biner !

Solusi:
Konversi bilangan heksadesimal 1DB ke dalam bilangan biner adalah sebagai berikut.

D = 1101 ( jika belum bisa langsung konversi dari heksadesimal ke dalam biner dapat dilakukan dengan mengonversi bilangan heksadesimal ke dalam bilangan desimal kemudian konversi ke dalam bilangan biner.

B = 1011

Jadi konversi bilangan heksadesimal 1DB ke dalam bilangan biner adalah 0001 1101 1011 = 000111011011.

Konversi bilangan oktal ke dalam bilangan biner dan heksadesimal
Proses konversi bilangan oktal ke dalam bilangan biner dan heksadesimal dapat dilakukan dengan mengonversi terlebih dahulu bilangan oktal ke dalam bilangan desimal. Dilanjutkan konversi bilangan desimal ke dalam bilangan biner dan heksadesimal.

Konversi bilangan oktal ke dalam bilangan biner adalah kasusk khusus. Prosesnya dengan cara mengonversi masing-masing bilangan menjadi 3 digit bilangan biner.

Contoh :

Konversi bilangan oktal 17 ke dalam bilangan biner !

Solusi:
Masing-masing bilangan dikonversi ke dalam bilangan biner 3 digit.

17 = 001 111
= 001111

Jadi konversi bilangan oktal 17 ke dalam bilangan biner adalah 001111.

Konversi bilangan oktal ke dalam bilangan heksadesimal dapat dilakukan dengan meneruskan konversi dari biner ke heksadesimal. Jadi memerlukan dua tahap.

Contoh :

Konversikan bilangan oktal 37 ke dalam bilangan heksadesimal !

Solusi:
Konversi ke biner dilanjutkan ke heksadesimal.

37 = 011 111
= 011111
001111 = 01 111
= 1F

Jadi konveri bilangan oktal 37 ke dalam bilangan heksadesimal adalah 1F.

Itulah cara mengonversi antar basis bilangan. Semoga artkel ini membantu dan bermanfaat bagi pembaca :). Jika ada kata atau tulisan yang kurang di mengerti mohon dikoreksi di kolom komentar :)